Rabu, 01 Desember 2010

Kota yang sibuk (sendiri...)

Ya...sudah lebih dari satu tahun Blog ini saya tinggalkan dan entah kenapa ada keinginan untuk menulis lagi saat ini.

Sudah setahun lebih saya "hijrah" dari Bandung kota kembang ke Jakarta kota metropolitan karena nasib membawa saya untuk mengadu untung di kota yang terkenal ruwet bin ribet ini. Dari pengalaman saya selama setahun lebih di sini ada beberapa ciri khas negatif penduduk kota ini (baik yang tinggal di Jakarta atau yang datang ke Jakarta hanya untuk kerja dan kemudian pulang ke kota-kota satelitnya) yang terkadang membuat saya resah dan sedikit terheran-heran, yaitu

1. Buru-buru dan suka rebutan

Coba perhatikan di jalan saat terjadi kemacetan atau di stasiun saat kereta Commuter tiba. Yang terjadi adalah selalu saja ada pihak-pihak yang tak mau bersabar antri dengan tertib sehingga menerobos urutan atau selap selip sana sini. Sampai sekarang saya tidak mengerti apa yang sebenarnya dikejar oleh oknum-oknum tersebut? Menerobos antrian, saling mendahului dengan tidak tertib, atau hal-hal lainnya itu menurut pengamatan saya tidak lebih menghemat waktu. Kalaupun ada surplus waktu tak kan lebih dari 5 menit. Yang anehnya, setelah melewati kemacetan, antrian dll, merekapun tidak langsung bergerak cepat (layaknya orang terburu-buru) tapi malah santai kembali sehingga kegiatan seradak seruduk sana sini jadi tidak ada nilai tambahnya.



2. Ingin menang sendiri/tidak peduli keadaan sekitar

Mirip-mirip sama yang nomor 1. Tidak mau tahu kalau orang lain bermacet-macetan pokoknya kendaraan yang dipakai bisa maju duluan. Kadang-kadang tidak disadari bahwa tindakan seperti itu akan menyusahkan lebih banyak orang. Kurangnya toleransi juga dapat dilihat dengan tidak maunya sebagian orang memberikan tempat duduk di kendaraan umum kepada orang tua, ibu hamil atau ibu dengan balitanya. Pokoknya asal dirinya nyaman peduli amat dengan orang lain.

3. Emosian
Mungkin karena masalah di perjalanan sudah seabreg-abreg sampai-sampai kena senggol sedikit di jalan langsung naik darah. Entah ke mana sifat orang Indonesia yang katanya penuh sopan santun.




Memang harus diakui tidak seluruhnya penduduk bersifat seperti itu, namun kenyataan di jalan sebagian besar dapat kita lihat bersama-sama.

Terus terang butuh ketahanan jiwa yang luar biasa untuk tidak memiliki sifat-sifat tersebut di kota ini. Harus diakui saya pun terkadang lepas kendali dan ikut-ikutan jadi seperti itu. Mudah-mudahan saya akan tetap "waras" untuk seterusnya

Sabtu, 10 Januari 2009

Retracing The Taste....

Di suatu malam yang dingin, saya "diculik" oleh seorang teman ke sebuah villa di sekitar daerah Padasuka dekat terminal Cicaheum Bandung. Apalagi kalo bukan masalah komputer bervirus yang membuat saya harus rela terjaga dari tengah malam sampai pagi (hehehe....). Sebagai seseorang yang dipandang mampu maka saya tak bisa melepas tanggung jawab untuk menolong teman-teman yang kurang mengerti terhadap masalah ini..

Tapi bukanlah masalah virus komputer yang ingin saya bahas di sini, melainkan tentang sebuah minuman. Lho kok minuman? Apa hubungannya? Mungkin anda bertanya-tanya juga ya hehehe....

Jadi sekitar pukul 04.00 dinihari, di saat cuaca sedang dingin-dinginnya, salah seorang teman dari teman saya membuatkan sebuah minuman untuk saya. Pada awalnya saya tidak terlalu mempedulikan karena sedang asyik memberantas virus. Barulah saat minuman itu membahasi tenggorokan saya baru saya menyadari betapa nikmatnya minuman itu.. Ada sensasi manis, rasa kopi, krim susu yang kental dan sensasi hangat melegakan. Sayangnya saya sangat sibuk sehingga tidak sempat menanyakan apakah nama minuman yang menyegarkan itu...

Berbulan-bulan setelah kejadian itu saya berkali-kali berkunjung ke supermarket/toserba untuk mencari minuman instant yang serupa rasanya. Saya punya dugaan kuat bahwa itu adalah minuman ginseng (entah itu kopi ginseng, susu ginseng, sereal ginseng dkk). Tapi setelah saya membeli produk2 itu ternyata saya kecewa berat karena tidak ada satupun yang cocok rasanya. Ditambah lagi kenyataan bahwa teman saya memberitahukan bahwa temannya memang suka sekali mencampur-campur minuman sehingga mungkin pupus harapan saya untk mencoba minuman itu lagi.

Kemarin, dengan tidak sengaja, saya menemukan sebuah pencerahan. Awalnya karena belakangan sering masuk angin, maka saya mencari minuman jahe untuk menangkal masuk angin. Pilihan saya akhirnya jatuh pada minuman Jahe Wangi Instant



Tadi pagi ketika saya menyeduh teh untuk membuat teh manis, iseng-iseng serbuk jahe manis itu saya tambahkan ke dalam teh. Ajaibnya ketika saya coba meneguk minuman tersebut...ALAMAK....Ini minuman yang saya cari...!!!!
Memang sih rasanya masih jauh dari yang pernah saya minum karena saya mencampurnya dengan teh. Meskipun begitu, rasa dominan yang saya rasakan benar2 mirip dengan minuman misterius yang saya coba itu.

Besok saya berniat mencampurnya dengan sedikit susu dan kopi. Mudah2 an saya dapat merasakan kembali minuman yang jejaknya saya cari-cari beberapa bulan belakangan ini...