Jumat, 22 Februari 2008

Bencana : Kacamata Logika vs Religi

Sudah beberapa tahun ini sepertinya negara kita Indonesia tercinta ini tak lepas dirundung bencana. Mulai dari Tsunami, gempa, lumpur, kecelakaan pesawat, kecelakaan kereta api dan lain-lain sebagainya. Kayaknya udah berasa bagai mau kiamat aja ini hidup di negeri ini. Seperti kata band Padi dalam sebuah lagunya yang berjudul "Terluka" :

"Apakah ini adalah,
akhir dari tempat ku berpijak...."


Ada dua golongan orang yang berbeda dalam menyikapi hal ini.
1> Golongan orang yang berpiir religius
2> Golongan orang yang berpikir logis

Kita mulai dari orang yang berpikir logis -_-. Orang-orang yang mengandalkan logika pada umumnya memandang bencana dengan hanya mengandalkan logika semata. Bencana tersebut penyebabnya murni dari kondisi logis yang dapat dijelaskan secara keilmuan oleh pihak-pihak yang berkompeten. Misalnya gempa itu terjadi karena adanya benturan dua lempeng benua...kecelakaan kereta terjadi karena kondisi rel yang sudah tidak memenuhi syarat...dan sebagainya dan sebagainya. Dalam sudut pandang mereka semuanya merupakan sebuah "kewajaran" karena ada alasan-alasan logis di belakangnya. Titik...tak ada lagi penyebab di belakang itu semua.

Sebaliknya orang religius berpikir bahwa bencana selain merupakan sesuatu akibat dari suatu kejadian logis juga merupakan bagian kekuasaan dari Tuhan. Bencana merupakan pertanda bahwa Yang Maha Kuasa telah murka dan menurunkan azabnya ke dunia.

Orang-orang yang hanya berpikir logis cenderung mengenyampingkan adanya sebuah kekuatan yang jauh lebih besar daripada kekuatan manusia. Mereka berpikir bahwa pengetahuan manusia di atas segalanya dan semua kejadian di atas dunia ini masih berada dalam jangkauan pikiran manusia. Mereka tidak menyadari (atau tak mau menyadari) bahwa sebenarnya manusia tak lebih hanya makhluk yang lemah dan tak punya kekuatan apa-apa. Bagaimana mungkin kita berpikir bahwa kita tahu segalanya, bisa apa saja dan tidak mempercayai adanya kekuatan di atas kekuatan manusia (dalam hal ini Yang Maha Kuasa) sedangkan kita sendiri tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi pada diri kita keesokan hari :(. Jangakan memastikan kondisi kita keesokan hari, mau KENTUT kapan pun, manusia tidak punya pengetahuan mengenainya ;D. Hal yang aneh bukan kalo kita merasa paling kuasa jika hal sesepele itupun kita tak dapat mengetahuinya???

Di saat negara kita sedang carut marut ini ada baiknya kita mulai introspeksi pada sisi religi kita. Kita sudah tau bahwa negeri ini sudah sangat korup, korupsi di mana-mana, pejabat yang hanya memikirkan perutnya sendiri tanpa peduli nasib rakyat banyak, kecurangan-kecurangan dalam pemilu, mafia peradilan dan setumpuk keboborokan lainnya adalah hal yang harus diubah dan untuk mengubahnya yaitu dimulai dari DIRI KITA SENDIRI.

Tak salah kiranya Yang Maha Kuasa menurunkan cobaan dan siksaan demikian hebatnya ke negeri kita karena ternyata otak-otak bebal masih saja menghuni sebagian besar dari kepala bangsa ini.... :(

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
kalau bukan kaum itu sendiri yang mengubahnya..

Kamis, 21 Februari 2008

Band of Brothers : Miniseri apik mengenai WW II


Suka hal-hal yang berkaitan dengan Perang Dunia Ke 2 (WW II)?

Kalo begitu miniseri dari HBO ini layak menjadi salah satu tontonan :D
Awak sendiri sudah menonton serial ini sampai tamat dan beberapa episode pun sudah berkali-kali awak ulang.

Diangkat dari sebuah buku berjudul sama yang ditulis oleh seorang sejarawan dan penulis biogfrafi Stephen E Ambrose, miniseri ini mengangkat kisah nyata mengenai perjuangan dari Easy Company ( E Company) dari 506th Parachute Infantry Regiment United States Army 101st Airborne Division dalam kampanyenya selama WW II di daratan Eropa. Miniseri ini mengambil beberapa episode penting seperti pendaratan pasukan parasut di Normandy, Prancis; D-Day, Operation Market Garden yang terhitung sebagai sebuah kegagalan :D, Pertepuran di Bastogne, Penemuan Kamp Konsentrasi Nazi dan akhir dari WW II.

Ada beberapa tokoh sentral di sini yang ternyata sebagian masih hidup saat miniseri tersebut dibuat. dalam miniseri ini beberapa tokoh tersebut memberikan pendapatnya masing-masing mengenai episode-episode penting dalam WW II tersebut. Di antara tokoh-tokoh tersebut ada Major Richard Winters (komandan kompie E dan terakhir menjabat komandan batalion), Lt. Carwood Lipton (sebelumnya merupakan First Sgt pada kompi E), Sgt. Bill Guarnere, Pvt. Shifty Powers dan lain-lain.

Yang menarik dari miniseri ini adalah kekuatan persaudaraan dalam peperangan yang ditampilkan sangat kuat pada tokoh-tokoh penghuni kompi E. Berasal dari berbagai daerah di USA, dalam peperanga mereka akhirnya sadar bahwa orang-orang yang bisa diandalkan hanyalah teman-teman yang saat itu berada di samping mereka. Rasa persaudaraan yang demikian erat sehingga mereka sanggup memberikan pertolongan pada rekan-rekan yang cedera meskipun saat itu pelur artileri beterbangan di sekitar mereka. Rasa persaudaraan yang membuat mereka mampu menghadapi teror dalam perang yang tidak mudah diatasi oleh prajurit terbaik sekalipun.

Disajikan dengan sudut pandang objektif sesuai dengan sejarah yang terjadi, awak rasa ini salah satu filem bertema perang yang akan jadi favorit awak sepanjang masa :D